Rabu, 12 Januari 2011

dampak beternak sapi terhadap lingkungan


Beternak sapi terkadang menimbulkan dampak positif dan negatif  terhadap lingkungan sekitarnya, tergantung  bagaimana pemeliharaan dari peternaknya itu sendiri.

Dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari beternak sapi.
Memelihara sapi mempunyai resiko yang menyebabkan kerusakan hutan tropis, naiknya panas bumi, pemborosan sumber energi,bahkan bisa menyebabkan kelaparan dunia. Penggunaan tanah, air, dan energi untuk menghasilkan daging bukan cara yang efisien.
Untuk menciptakan lahan peternakan sapi, peternak terkadang memanfaatkan hutan dengan membakar dan menebangnya. Padahal ini akan mengubah atmosfer dan hujan yang akan menyebabkan planet semakin panas dan banyak tempat bermasalah dengan banjir dan kekeringan dalam kurun waktu yang lama. Disamping itu, memelihara sapi adalah penyebab utama terciptanya 3 macam gas yang menyebabkan peningkatan panas bumi, penyebab utama polusi air dan memerlukan jumlah air yang banyak untuk menghasilkan pakan sapi.
Beternak sapi juga dapat berdampak pada kelaparan dunia karena sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan gandum sebagai makanan penduduk dunia digunakan untuk peternakan sapi.

Dampak positif beternak sapi.
Selain berdampak negatif, beternak sapi juga mempunyai dampak positif baik dari segi pemanfaatan daging,susu maupun kotoran sapi itu sendiri.
Kotoran sapi dapat digunakan sebagai bahan bakar dengan menyulapnya menjadi biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik / fermentasi dari bahan – bahan organik diantaranya kotoran sapi. Biogas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar peternakan itu untuk bahan bakar memasak maupun menghasilkan listrik.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri pathogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas bila terbakar akan lebih bersih daripada batu bara dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbondioksida yang lebih sedikit.
Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global apabila dibandingkan dengan karbondioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga apabila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Kandungan energi
Nilai kalori dari 1 m² biogas sekitar 6000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu, biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG ,butana ,batu bara maupun bahan – bahan lain yang berasal dari fosil

Pupuk dari limbah biogas
Limbah biogas yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya ( slurry ) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan unsur – unsur tertentu seperti protein , selulose , lignin , dan lain – lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. 

Cara pembuatan
Sebelum dimasukkan reaktor, kotoran sapi dikumpulkan dari saluran pembuangan kandang sapi yang disaring terlebih dahulu. Kotoran sapi di campur dengan air dengan perbandingan 1 : 2 sebelum disalurkan ke digester ( wadah penampungan ). Wadah itu memiliki 2 lubang yaitu untuk memasukkan kotoran dan mengeluarkan pupuk organik yang tersimpan di dalamnya.
Wadah penampung ( digester ) yang terisi penuh, kemudian dibiarkan selama 1 minggu ( jika cuaca panas ) atau bahkan bisa sampai 27 hari ( jika cuaca dingin ).
Tanda biogas terbentuk dapat di ketahui jika kantong plastik yang dipasang di dekatnya menggelembung. Kantong plastik itu tersambung dengan pipa menuju lubang udara digester.
Pipa itu sengaja di lengkapi  pengaman agar kantong yang sudah penuh tidak jebol karena biogas yang berlebih bisa tembus keluar lewat pipa pengaman.
Jika biogas telah terbentuk , setiap hari dimasukkan campuran kotoran sapi dan air dengan perbandingan 1 : 2 ke saluran digester.

Dampak positif lain dari beternak sapi adalah pemanfaatan isi rumen. Isi rumen sapi merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang belum di manfaatkan secara optimal bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.
Limbah ini sebenarnya sangat potensial jika dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yang karena isi rumen disamping merupakan bahan pakan yang belum tercerna juga terdapat organisme rumen yang merupakan sumber vitamain B.
Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen sapi meliputi : air (10,92%), protein (8,86%), lemak (2,60%), serat kasar (28,78%), abu (18,54%) dan fosfor (0,55%). (widodo,2002).Berdasarkan komposisi zat yang terkandung di dalamnya,maka isi rumen dalam batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan bahan pencampur ransum makanan berbagai ternak.
Di dalam rumen ternak ruminansia terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen,sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5 sampai 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen.(tillman,1991)
Beberapa jenis bakteri atau mikroba yang terdapat dalam rumen sapi adalah bakteri/mikroba lipolitik, bakteri/mikroba pembentuk asam, bakteri/mikroba amilolitik,bakteri/mikroba selulolitik, bakteri/mikroba proteolitik. Mikroorganisme tersebut mencerna pati, gula, lemak, protein, dan nitrogen,bukan protein untuk membentuk mikrobial dan vitamin B.
Penggunaan isi rumen sapi sampai 12% mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan ayam pedaging dan mampu menekan konversi pakan ayam pedaging.